14 Mei 2011

Miracle In Dream

BAGIAN SATU


Saat ini jam menunjukan pukul 6.30 pagi. Seorang gadis masih tidur dengan nyenyak di tempat tidur kesayangannya. Gadis berambut panjang, dan berkulit putih tidak tahu bahwa matahari mulai menampakan mukanya. Yap, itulah gue Nakila Ishida Atmadja. Cewek keturunan Jepang Jawa.
“Nakila ,cepat bangun kamu mau berangkat sekolah jam berapa?, kakakmu sudah mau berangkat tuh.”teriak mama sambil menarik selimut dan menyibakan korden yang sukses membuat mataku terbuka.
“Iya ma, bentar lagi Ila juga bangun ,mama tenang aja kanapa sih.” kataku ringan.
“Gimana mama bisa tenang kalau anak perempuan mama sering bangun kesiangan.” Seru mama menasehati.
Lebih baik gue bangun dari pada kena omelan mama yang lama banget, seru Nakila dalam hati. Di rumah tak ada orang yang sanggup mendengarkan ocehan panjang lebar mama. Bukan cuma anaknya yang biasa kena omelan Bi Odah dan Pak Maman juga sering kena omelannya mama.



15 menit menunggu Nakila datang. mama ,papa, serta Ferdi sibuk dengan acara paginya masing-masing. Orang yang ditunggu-tunggu akhirnya kelihan batang hidungnya. Dengan gerakan cepat tanpa permisi, Nakila mencomot roti yang telah disediakan mama di piring untuk dirinya.
“Ayo Fer berangkat, nanti gue telat masuk sekolah lagi.” kata Nakila sambil memasukan roti panggangnya kedalam mulut.
“Iya-iya bawel banget. Salah sendiri loe bangunnya telat, lain kali kalo loe bangun telat lagi gue tinggal. ” seru Ferdi kepada adik kesayangannya.
“Ma, pa Ferdi berangkat dulu ,nanti ada jam tambahan kayaknya Ferdi pulang agak telat.” kata Ferdi mencium tangan mama dan papa.
“Ferdi, hari minggu jangan lupa temenin papa mincing.” Kata papa tak lepas dari Koran paginya.
“Okey boss. Ayo cepat ILa ntar gue telat, hari ini ada tambahan pelajaran jadi ntar pulang sekolah gue nggak bisa pulang bareng loe.”kata Ferdi menuju mobilnya yang diparkir didepan garasi.
“Iya-iya bawel banget sih. Mama, papa Nakila berangkat sekolah dulu.” Kata Nakila sambil berjalan dibelakangnya.

Sebenarnya Nakila dan kakaknya hanya beda umur 2 tahun, enggak salah kalo keduanya sering adu mulut. Walaupun begitu, mereka berdua selalu kompak dan saling menyanyangi. Mobil Terios Hitam melaju dengan kecepatan rata-rata menuju SMA Pelita Nusantara yang jaraknya lumanyan jauh dari rumah mereka. SMA Pelita Nusantara merupakan sekolah favorite dan juga international school di Jakarta. tak sembarang orang yang dapat masuk di sekolah itu, hanya orang pintar, berduit dan mempunyai skill yang bagus. Mobil pun sampai didepan gerbang pagar SMA Pelita. Sesampainya diparkiran, Nakila melihat sahabatnya sedang berjalan menuju mobil mereka.
“Cepat turun, udah ada Sheily yang nungguin loe tuh.”ujar Ferdi mematikan mesin mobil.
“Iya-iya. Ini juga gue mau turun kok, eh Fer nanti kan loe pulang telat gue boleh nitip sesuatu nggak?”
“Emangnya loe pengen nitip apa? Asal jangan yang aneh-aneh loh.” kata Ferdi turun dari mobil.
“Enggak macam-macam kok cuma nyuruh loe beliin gue ice crime sama keriping kentang, tapi uangnya gue ngutang dulu iya sama loe, hehe…gue duluan.”ujar Nakila meninggalkan Ferdi yang masih heran dengan sikap adik perempuannya.



Nakila dan Sheily berteman sejak mereka kelas 1 SMP, tak heran kalo mereka sangat mengenal satu sama lain. Seperti sekarang ini, Sheily tahu kalo sahabatnya sering malahan hampir telat masuk sekolah. Sesampainya dikelas mereka X-11, hampir seisi kelas sudah datang dan ada juga yang sedang nyalin PR temannya.
“Eh...Ila loe udah ngerjain PR Kimia blom? Gue pinjem dong.” kata Siska.
“Nih, tapi nyalinnya cepet dikit ya 10 menit lagi bel masuk, gue ngak mau kena omel pak yanto.”Pak Yanto merupakan guru Kimia yang ditakuti semua murid di SMA Pelita, bukannya galak tapi kelewat tegas sama muridnya sendiri.
“Sheil, katanya hari ini kakak gue pulang sore , gue boleh nebeng mobil loe nggak?” ujar Nakila memelas.
“Iya bolehlah, gue juga sekalian pengen main kerumah loe. Eh…iya gue lupa, katanya Bagus ada anak pindahan yang masuk kelas kita, pindahan dari luar negeri loh.” kata Sheily penuh semangat.
“Loh kok aneh banget, kan ini udah lewat tahun ajaran baru. Ini udah hampir tengah semester. Kok sekolah masih mau nerima murid baru sih?.”jawab Nakila heran.
“Gue juga enggak terlalu paham sih, kata anak-anak dia bisa masuk sekolah ini karena bokapnya teman lama kepala sekolah.”
“Ooh..”
“Kok cuma gitu reaksi loe.?” tanya Sheily heran.
“Lah gimana, masak gue harus heboh sendiri, enggak penting juga kali.” jawab Nakila santai.

“Eh cepat nyalin PRnya Pak yanto udah datang tuh.”kata Bagus
Dan tak lama kemudian Pak Yanto muncul dengan diikuti seorang anak cowok yang menurut Nakila emm….Lumayan keren dengan mata coklat dan wajah yang sesuai dengan bentuk mukanya.
“Pagi anak-anak, kita punya teman baru, perkenalkan dirimu.” Perintah Pak Yanto yang merangkap wali kelas X-11 kepada murid yang ada disebelahnya.
“Nama gue Alvian Deni Pratama, panggil saja Alvin gue pindahan dari Australia.” Kata anak itu sopan dengan senyum mempesona yang mungkin cewek-cewek akan luluh jika melihatnya, tapi itu tidak berlaku buat Nakila.
“Baiklah, sekarang kamu duduk di bangku di belakangnya Nakila.” kata Pak Yanto sambil menunjuk bangku di belakangku.“Dino tolong, kamu kasih tahu seluruh penjuru sekolah ini sama Alvin.”
“Baik pak.”jawab Dino gembira.
Dengan langkah percaya diri cowok itu menuju bangku disamping Dino yang memang belum ada Empunya. Bukannya Nakila mau mencuri dengar tapi suara Dino memang keras dan besar. Tak heran bila semuanya menoleh kearah mereka.
“Kenalin nama gue Dino.” kata Dino mengulurkan tangannya.
“Gue Alvin.” jawab cowok bernama Alvin sambil menjabat uluran tangan Dino.



“Sheily, jadikan kerumah gue?” tanya Nakila memastikan.
“Jadi dong.”jawab Sheily ceria.
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, Nakila dan Sheily berencana main kerumah Nakila. tak disangka di tempat parkiran juga ada Alvin yang tengah menuju mobilnya. Ketika itu mata Nakila bertemu pandang dengan mata coklatnya Alvin. Sejak pelajaran pertama sampai selesai mereka belum bertukar sapa, walaupun Alvin duduk dibelakang Nakila. Belum sempat Nakila berpaling, Alvin sudah berjalan kearah Nakila dan Sheily.
“Hi, loe yang duduk di depan gue bukan? Kenalin nama gue Alvin dan nama loe siapa?” tanya Alvin mengulurkan tangan.
“Gue Nakila dan ini teman gue Sheily.”jawab Nakila santai.
“Ooh, kalo gitu gue pergi dulu sampai bertemu besok pagi di sekolah.”kata Alvin meninggalkan Nakila dan Sheily diparkiran.
“Sheil, loe kok bengong sih. Jangan-jangan loe naksir dia iya?”tebak Nakila langsung.
“Enggak, cuma gue heran aja dia kok baik banget sama loe.”
“Sok tahu loe, dari mana loe dapet pikiran kayak gitu? Udahlah gak usah dipikiran, mendingan sekarang kita kerumah gue aja.”